Pemulung Label, Pengumpul Aspal, Museum Barang Palsu, Proyek Tiruan dkk.
Penelusuran atas keaslian sudah berlangsung dalam banyak bentuk secara online and offline. Beberapa prakarsa muncul dari pribadi dan didorong oleh keisengan. Yang lain mencoba lebih “serius” dengan menjaring partisipasi publik untuk memperkaya eksplorasinya. Sedangkan ada pula yang bercita-cita mau mendidik publik, antara lain, dengan mendirikan museum barang palsu di Bangkok Thailand. Sementara tautan-tautan yang lebih permanen ke situs yang dimaksud bisa anda klik di bagian links situs ini, lema ini akan mengulas secara singkat tentang beberapa prakarsa dokumentasi keaslian sebagai berikut:
– Gombalabel memajang beragam hasil pindaian desain label kemasan, mulai dari stempel nasi padang sampai dengan bungkus jamu galian sambungoyot. Dilengkapi dengan komentar-komentar yang diakui oleh penyusunnya sebagai gombal dan ditulis secara cengengesan, upaya pengumpulan yang sudah dimulai sejak tahun 2004 ini menjadi berharga mengingat benda-benda yang ditampilkan di sini, selain punya hubungan yang kuat dengan memori kolektif , juga dapat menjadi sarana yang efektif untuk melacak silsilah perkembangan desain produk di Indonesia.
– Blog aspal tadinya difokuskan pada kegiatan mendokumentasi desain kemasan produk yang punya kemiripan. Dalam perkembangannya, “karena kehabisan bahan bahasan” seperti yang disitir pengelola situs ini, maka aktivitas blog ini beralih ke persoalan kepalsuan.
– Situs coversproject.com dan knockoffproject.com sama-sama mau memeriksa bungkus album yang pernah diproduksi di dunia, termasuk “turunannya” ke kover album musik parodi sampai dengan kesamaan desain yang tidak disengaja, dengan mempersandingkannya di situs mereka.
– Terakhir adalah situs firma hukum Tilleke & Gibbens yang membuat museum barang-barang palsu hasil sitaan di Bangkok. Koleksi barang yang dianggap melanggar merk dagang dan hak cipta di museum ini mencapai 3500 buah, dan sepertinya jumlahnya akan bertambah terus dengan cepat. Dengan memamerkan barang asli dan tiruan secara berdampingan, pengelola museum ini berharap agar pengunjungnya semakin sadar tentang konsekuensi dari melakukan peniruan atas barang yang terlegitimasi. Salah satunya adalah dimasukkan ke museum ini tampaknya.